Thursday, October 11, 2012

Dia, Bukan Aku


Senja di pelataran parkir FIB.

“Pinjam korek dong!”

Aku mendongak. Sialan. Lagi-lagi dia yang mengganggu lamunanku.

“Ah elu, gimana sih, punya rokok tapi kagak punya korek! Nggak modal banget!” cibirku sambil melempar korek gas milikku. Dia selalu seperti itu sejak dulu.

Merci!” katanya sambil menyulut rokoknya. Tangannya memasukkan korek tadi ke saku kemejaku. “Lo ngelamun aja nih dari tadi. Kenapa?”

Gue nyureng bingung. Sejurus kemudian asap rokok menyembul juga dari mulutku. Hmmm… lebih rileks rasanya. Argh. Sialan. Gara-gara dia aku ketularan seperti ini. Cinta memang sinting!



“Serius lo mau tau? Mau tau aja apa mau tau banget?”

Dia diam. Senyum khasnya yang datar membuatku ingin tertawa. Lucu sekali wajahnya. Sayangnya itu pertanda kalau dia sedang tidak mau dibercandai. Oh, well

I’m serious.”

“Gue juga.” Aku menggodanya. “Emang nggak keliatan?”

“Ergh. Come on. Kucing juga tau kalo muka lo yang buluk itu keliatan banget lagi banyak masalah.”

“Ya, ya, ya. You know me so well, tapi nggak usah dibilang buluk juga kali muka gue!” protes gue yang dibalas tawanya yang lebar. Sialan. “Ngetawain pula! Sinting!”

“Hahaha… Masih mikirin dia?” Telunjuknya mengarah ke gedung seberang jalan. “Yaelah. Lo begini gara-gara dia? Gue? Meh.”

Aku menatapnya. Kenapa, kenapa harus di depan dia? Kenapa harus ada dia di samping gue? Kenapa dia tahu apa isi hati gue?

“Hellooo, lo tuh udah bahagia di sini! Buat apa sih dia masih juga ngeganggu pikiran lo? Sama seperti gue, dia itu cuma jadi bagian dari masa lalu elo. Wake up!”

Gue menunduk. “Gu…gue masih hampa.”

“Inilah proses. Lo mesti berproses sebelum menemukan kebahagian sejati lo di sini.”

Gue mengepulkan asap lagi. Cih, dasar cowok!

“Pantesan lo susah move on dari gue, move on dari dia aja lo belom bisa! Dasar anak kecil!”

Aku mengerang kesal. Bikin rebut aja nih orang!

“Coba deh lo belajar ngebuka hati lo. Coba dengerin keinginannya. Hati lo udah banyak sarang laba-labanya tuh!”

Dia menyentuh dada kiri gue, diiring semilir angin lembut yang datang entah dari mana.

“Lo pikir itu gampang?! Lo harusnya belajar jadi gue, di posisi gue! Jangan egois!”

“Lo malah egois kalo kayak gitu. Bukan sama gue, tapi sama yang lain.”

Gue berpaling. Huft, nyaris aja gue nangis di depan dia. Nyaris!

“Mau move on dari gue tuh gampang, bisa dimulai dengan itu,” tunjuknya ke arah rokok gue. Rokok yang baru tersulut itu jatuh tanpa aba-aba, apinya langsung padam dan asapnya menghilang begitu saja.

Merde! Itu rokok terakhir gue, Monsieur Laroche! Merci beaucoup!” ujarku sinis. Tapi aku tercekat ketika ia melangkah pergi ke arah Fasilkom. Ia memudar… “Hubert! Hubert! Hubert Laroche, lo mau kemana?!”

TIIIIIIIIIINNN……

“NOƉMIE!”

Aku tersentak melihatnya. Kenapa dia yang muncul? Hilang Hubert, terbitlah ThƩo. Ada apa ini?

“Ada apa, Yo? Gue nggak ngalangin jalan lo kan?”

“Ini penting, NoĆ©mie…”

Kami terdiam.

Smartphone milik ThĆ©o berpindah tangan padaku. “Bacalah.”

Aku mencerna satu per satu kata dalam pesan pendek tersebut. Ya Tuhan!

“NoĆ©mie!”

ThƩo menahan badanku yang lemas seketika. Aku hanya bisa menangis di pelukan ThƩo.

Semerbak bau khas rokok black menthol menyeruak. Itukah kau, Hubert?

Dering Don’t You Wanna Stay milik Kelly Clarkson terdengar sayup-sayup. Aku segera meraih ponselku. E-mail dari Hubert, 18.19. Tidak mungkin!


Akan ada seorang lelaki ksatria yang selalu menemanimu, di saat susah dan senangmu.
Akan ada seorang lelaki ksatria yang menggenggam tanganmu, ketika duka menghampirimu.
Akan ada seorang lelaki ksatria yang merengkuhmu, ketika kau terjatuh dan tersedu.
Akan ada seorang lelaki ksatria yang mau mendengarkanmu, ketika kau ingin mengadu.
Akan ada seorang lelaki ksatria yang tetap berada di sampingmu, ketika kau ingin tampil apa adanya.
Akan ada seorang lelaku ksatria yang hanya bisa membuatmu menangis dihadapannya.
Dia untukmu. Dia milikmu. Dia bukan aku.

2 comments:

  1. ceditch.. trgantung ap alasan hubert ma nomie pisah sih, aplg dah ad theo.. Tp klo jd nomie & ga ad theo, gw pasti tanyaa k hubert, "knp bukan lu?"

    ReplyDelete
    Replies
    1. karena noƩmie pun tidak akan pernah bisa menanyakan itu pada yang bersangkutan.

      Delete